Entri Populer

aku dan mereka,,

aku dan mereka,,
di pedalaman aceh ,,listrik belom ada,,

Minggu, 28 November 2010

SUNGAI,,semua aktivitas dilakukan disana:D

Wednesday, 10 November 2010

Desa Antong, Kecamatan Panton Reu Kabupaten Aceh Barat

Provinsi NAD.

Hari Pertama

Wah…!!!

Itu yang aku katakan ketika team mengatakan kita akan mengadakan assessment atau survey di desa Antong. Antong itu adalah sebuah kata dalam bahasa Batak, berhubung saya orang batak jadi saya tau, arti kata Antong dalam Bahasa Batak itu adalah nya, kata Antong itu tidak dapat berdiri sendiri tanpa dibantu kata lainnya. Contohnya: Songonon antong, artinya Begininya.

Kalau dalam bahasa aceh nya ternyata mereka penduduk setempat bahkan tidak tau apa artinya. Menggelikan.

Ngeri, itu adalah satu kata untuk mengatakan betapa ngerinya perjalanan kami, tidak ada jalan raya, yang ada hanya jalan setapak yang bisa dilalui sepeda motor, dengan kondisi yang sangat buruk apalagi di musim hujan, dan melalui 2 jambatan gantung. Perjalanan 7 km dengan sepeda motor dengan medan yang sangat membuat ku harus tetap tekun berdoa di belakang boncengan Bang Saul ( Rekan ku yang setia) dengan membawa peralatan survey dan makanan.

Bayangkan, sebelah kiri jalan adalah jurang dan sungai, sebelah kanan jalan adalah gunung, jika Bang saul tidak ahli mengendarai sepeda motor dengan bobot penumpang yaitu aku yang tidak kecil, maka aku tidak akan dapat menulis kisah ku ini hari ini.

Tentunya dengan perlindungan Tuhan, kami sampai dengan selamat :D, dengan waktu kira – kira 45 menit hanya 7 km. Aku melambaikan tangan ku kepada semua manusia dan binatang yang kami jumpai di sekitar jalan. Banyak juga kerbau di pinggir jalan, makanya supaya tidak menimbulkan kecemburuan social aku juga melambaikan tangan kepada kerbau, dan mengatakan “hallo: D”.

Aku sesak pipis, dengan modal bahasa aceh yang lumayan, aku Tanya dipat WC bunda? Hana WC buk, na WC krueng. Terjemahan bebasnya, dimana WC bunda? Tanya ku. Bunda itu menjawab tidak ada WC, yang ada WC Sungai. Hah,,aku harus buang air kecil di sungai, dan baru aku tau kalau mandi, buang air besar, mencuci pakaian bahkan air untuk dimasak pun diambil dari sungai yang sama. Aku hanya tersenyum dan dengan hati – hati menuruni jalan setapak ke sungai itu.

ketika aku ingin melorotkan celana ku, aku berpikir apakah tidak ada orang yang akan melihat bahkan mengintip? apakah tidak ada ular di sungai ini? akan dibawa kemana air seni ku ini?. Dengan pertolongan Kak Evi ( Rekan ku yang sangat baik), aku berhasil bersembunyi di balutan kerudung besar ku dan melorotkan celana ku dan akhirnya,,terpenuhilah keinginan ku.

Masih tiga bulan, desa ini terjamah oleh aliran PLN, dan mereka sangat bersukacita dengan adanya Listrik mereka tidak merasakan kegelapan dan dapat menonton TV dan mendengarkan radio. selain itu juga mereka sangat senang juga dengan adanya jembatan gantung yang baru dibangun sekitar 4 bulan yang lalu. Sebelum adanya jembatan gantung, mereka menggunakan sampan atau rakit sebagai alat transportasi, sungguh sangat tidak mendukung kegiatan mereka sehingga daerah ini seperti terisolasi.

desa Kecil di aceh :D

Desa Tamping

Tuesday, 15 November 2010

Tamping artinya samping, desa samping begitulah kira – kira artinya dalam bahasa Indonesia.

Hanya berjarak kira – kira 2 Km dari pusat Kecamatan Panton Reu, paling dekat dibandingkan dengan desa yang kami survey, dan bisa dijangkau dengan sepeda motor via jembatan gantung juga.

Mobil L300 kebanggaan tidak dapat menjangkau tempat ini , sehingga Mobil hanya bisa menunggu dengan manis dipinggir jembatan dan team perlu berjalan kira – kira 500m, dekat memang tapi aku dengan senang hati menumpang dan duduk manis di boncengan Pak Sekdes, sementara yang lainnya berjalan kaki, :D

Ketika memasuki desa ini, terlihat semua rumah penduduk rapi dengan pagar bamboo putih, dan hanya sedikit orang di jalanan, itu sekitar pukul 02 siang. Kelihatannya seperti sebuah desa yang sedang berkembang.

Sambil menunggu team yang lagi on the way, aku berjumpa dengan seorang ibu paruh baya, sedang berjalan di pinggir jalan desa seorang diri, aku menghampirinya dengan senyum lebar,dan ku lihat dari gelagatnya ibu itu tidak bisa bahasa Indonesia. Aku bertanya dalam bahasa aceh “ siapa nama bunda?”

dan Bunda itu hanya tersenyum, dan aku tersenyum juga, kami mengitari perkampungan berdua dan bunda itu bilang saya ga bisa dengar kalau suara pelan, saya agak tuli. saya agak terkejut juga karena saya bicara cukup keras dan ibu itu tidak bisa dengar. Saya merasa ada yang janggal dengan ibu.

Saya berbincang dengan ibu sekertaris PKK di desa Tamping dan beliau mengatakan kalau ibu itu tuli karena dulu waktu masih sekolah dasar, ibu itu tidak mau pergi ke sekolah karena jalan untuk menempuh sekolah sangat susah dulu, dengan melewati sungai dan sering banjir dan ayahnya memaksanya sekolah dan sering kali menghantuk kan kepala anaknya ke dinding dengan sangat keras jika tidak mau sekolah. Itu mengerikan, dan kekerasan. hati saya miris mendengar cerita itu, dan kemungkinan besar hal itulah yang menyebabkan ibu itu menjadi tuli. Hasilnya sekarang ibu itu tidak bisa mendengar dengan baik.